TANJUNG SELOR – Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Ir. H. Criswanto Santoso M. Sc menegaskan bahwa Lembaga ormas islam yang dipimpinnya bersikap netral dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2024.
“LDII secara institusi itu hasil Munas netral aktif, artinya secara institusional kita ngga mungkin menyatakan sikap mendukung A,B,C secara institusional ya,” ujarnya kepada Kaltara News, Senin (19/8/2024).
Meski demikian dirinya mempersilahkan bahkan mendorong anggota LDII untuk menggunakan hak pilihnya, termasuk mendukung salah satu pasangan calon atau paslon di Pilkada nanti.
“Boleh tapi pribadi kalau dia sudah mengatasnamakan institusi ta hukum, ada pinaltinya,” tegasnya.
Untuk itu dirinya kembali mengingatkan kepada seluruh anggota LDII termasuk di Kaltara yang akan melaksanakan Musyawarah Wilayah (Muswil) ke III pada Selasa (20/9/2024). Hal ini penting guna menjaga keutuhan organisasi.
“Karena bisa jadi pilkada ini membawa perpecahan kepada organisasi karena apalagi serentak provinsi kabupaten berbeda karena belum tentu linear. Maka salah satu hal yang paling penting dalam pembahasan ini adalah bagaimana pilkada yang lima tahunan ini tidak mengganggu tidak merusak, tidak mendegradasi peran LDII dalam membangun umat,” bebernya.
“Apalagi penetapan pendaftaran sebentar lagi tanggal 27-29 jadi sudah mendekati sebenarnya. Mumpung belum tahu calonnya siapa saja ini. Muswil kita dorong semakin cepatlah nanti kalau sudah tahu politisnya semakin berat,” sambungnya.
Lebih lanjut ia berharap dalam pelaksanaan Muswil berjalan aman dan lancar serta tidak ada intervensi politik terutama dalam menentukan pemimpin. Sehingga pemimpin yang terpilih bisa mengedepankan kepentingan organisasi.
“Tentu membahas dalam sebuah musyawarah wilayah itu akidahnya, satu menentukan pimpinan itu pastilah apalagi inikan ada pilkada, ini menentukan pimpinan bisa jadi intervensi politik juga muncul. Ini yang kita cegah,” tuturnya.
“Saya berharap ormas LDII ini tidak akan terbawa di dalam emosional politik akan tetapi tetap komitmen, konsisten dalam pemberdayaan umat. Jangan sampai rusak gara-gara moment politik atau moment pilkada,” tutupnya. (redaksi)