BULUNGAN – Kabupaten Bulungan memasuki masa panen padi pada April ini khususnya petani padi ladang. Uniknya para petani di wilayah tersebut masih menggunakan cara tradisional untuk memanen padinya.
Hal itu tampak dalam kegiatan Panen Padi Gogo di Desa Pejalin, Kecamatan Tanjung Palas, Rabu (9/4/2025). Tampak para petani bersama Wakil Gubernur Kaltara dan Bupati Bulungan bersama forkopimda memetik satu per satu padi menggunakan ani-ani.
Padi Gogo sendiri merupakan salah satu jenis padi yang ditanam di lahan perkebunan dengan masa tumbuh selama enam bulan.
Wakil Gubernur Kaltara Ingkong Ala mengapresiasi para petani yang terus mempertahankan kearifan lokal ini. Termasuk mendukung Asta Cita Presiden RI Prabowo Subianto dalam rangka mewujudkan Swasembada Pangan.
“Karena apa yang kita lakukan hari ini bukan sekedar wacana tapi fakta nyata, sudah panen dalam arti sudah melaksanakan Asta Cita Program Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka mewujudkan negara kita berdaulat pangan,” ujarnya.
Sementara itu Bupati Bulungan Syarwani mengatakan untuk meningkatkan produksi padi lokal perlu adanya perluasan lahan tanam. Sehingga hasilnya tidak hanya untuk dikonsumsi oleh petani tetapi bisa dijual ke masyarakat.
“Sehingga mungkin harga jual beras lokal, pada ladang mungkin berbeda dengan jenis varian dari produksi padi yang dihasilkan secara umum oleh para petani,” tuturnya.
Pihaknya juga tengah mensosialisasikan kepada petani bahwa beberapa bibit padi bisa ditanam di pegunungan dan juga di persawahan seperti padi Sei Kayan, Ekor Payau, dan Mio.
“Kita coba bahwa ternyata 5 jenis bibit lokal ini tidak hanya bisa di tanam di wilayah pegunungan, itu juga bisa di sawah salah satunya di desa Pejalin, itu Ekor Payau di tanam di persawahan jadi itu sangat memungkinkan,” ungkapnya.
Harapannya para petani tidak hanya fokus pada pertanian padi ladang, melainkan bisa juga pada tanaman padi persawahan.
“Sehingga nanti bagaimana mengubah dan kita menyampaikan mensosialisasikan kepada para petani yang biasa berladang di gunung itu kita coba beralih kepada perladangan sawah dengan tetap menggunakan bibit lokal,” harapnya. (redaksi)